Jumat, 26 Desember 2008

Membangun Prestasi Melalui Kompetisi, Pikiran Rakyat , 23 Agustus 2006)


oleh: Ajeng Kania

Prestasi yang diraih para pelajar yang tergabung dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) di Singapura beberapa waktu lalu, merupakan berita sejuk di tengah pelbagai permasalahan yang mendera dunia pendidikan kita.

JONATHAN Pradana Mailoa dan kawan-kawan, mampu bersaing ketat dalam kompetisi tingkat dunia dan berhasil mengukir prestasi dengan menyabet gelar juara umum di atas negara-negara maju. Mereka juga meraih gelar The Absolute Winner (nilai tertinggi ujian teori dan eksperimen) atas nama Jonathan.

Prestasi yang dicapai tim TOFI 2006 itu, diharapkan dapat merangsang dan memotivasi pelajar kita di seluruh tanah air. Jonathan c.s. tidak serta-merta lolos begitu saja ke ajang bergengsi itu, melainkan lewat kompetisi (seleksi) ketat dan pembinaan terarah,hingga mampu menuai prestasi yang mengharumkan bangsa ini.

Prestasi tersebut sebenarnya bisa dirintis tak jauh dari anak didik kita. Peran guru
sebagai manajer pengajaran bisa menerapkan kegiatan belajar-mengajar sehari-hari yang bisa merangsang motivasi siswa. Pendekatan dan model pembelajaran bernuansa kompetisi, bisa kita bangun mulai dari hal-hal sepele hingga bersifat resmi.

Sebagai contoh, (1) Beberapa menit menjelang bubaran sekolah, guru bisa memberi
beberapa soal, siswa yang menjawab soal dengan benar cepat berhak keluar lebih awal;(2) Siswa yang lebih dulu memahami materi mendapat kehormatan bisa membantu guru menerangkan pada siswa lainnya; (3) Pujian atau penghargaan yang bisa memacu motivasi siswa, dan lain-lain. Guru bisa mengorganisasikan kelas dengan membuat kelompok belajar siswa (study-group). Kelompok ini sebagai sarana interaksi,diskusi, dan belajar bersama. Siswa yang kurang paham bisa bertanya dan mendiskusikan lebih dahulu sesama intern kelompoknya sebelum kepada guru. Sementara, guru bisa menerapkan situasi di mana siswa lebih bebas mengeluarkan ide, pendapat, dan pengetahuannya. Motivasi dan soliditas kelompok akan membawa siswa lebih dinamis dan proaktif.

Sistem peringkat (ranking) dalam buku rapor merupakan hasil kompetisi siswa selama satu semester. Siswa dapat mengetahui posisi prestasinya dibandingkan prestasi
siswa lainnya. Hal ini akan menciptakan kompetisi lebih ketat bagi siswa pada semester berikutnya. Mereka mempunyai dua pilihan, peringkatnya naik atau turun. Sekolah yang mempuyai kelas paralel bisa dicoba menerapkan sistem kelas unggulan ; yang diisi siswa peringkat atas dari kelas-kelas lainnya. Kelastersebut sengaja dibentuk dengan mengharapkan beberapa keuntungan, (1) ekstern, bersaing dengan sekolah lain meraih prestasi tertinggi (gengsi sekolah); juga (2) intern, kelas tersebut juga mempunyai gengsi di mata siswa-siswa sekolah tersebut. Korelasi positif dari sistem tersebut akan mampu memompa minat dan motivasi siswa di sekolah agar bisa direkrut ke kelas tersebut. Ada baiknya sistem promosi dan degradasi layaknya liga sepak bola barangkali bisa diterapkan untuk rekrutmen siswa kelas tersebut setiap semester.

Kesimpulannya, siswa kelas unggulan maupun normal dituntut belajar ekstra giat, tekun, dan ulet untuk meraih atau bertahan di kelas tersebut. Soalnya, terlempar dari kelas berarti dia harus belajar lebih giat lagi. Kompetisi bersifat resmi bisa dijumpai pada ajang lomba cerdas-cermat, pemilihan siswa teladan, lomba membaca, menulis, dan berhitung (calistung), pekan olah raga pelajar, dan lain-lain. Setiap lomba di tingkat lokal, daerah hingga tingkat nasional akan mampu melahirkan siswa-siswa berpotensi dan berbakat yang muncul dari berbagai pelosok negeri ini.

Mereka dituntut tak cuma sekadar pandai menghafal atau kekuatan otot, namun mempunyai daya nalar (analisis), stabilitas emosi, maupun mental yang prima sebagai pemenang kompetisi. Tentunya, kompetisi akan sukses sesuai harapan bila seleksi dilakukan secara adil, fair, dan objektif. Subjektivitas penilaian dan perilaku tidak terpuji hanya akan menodai lomba (event) khususnya, menghasilkan citra negatif dunia pendidikan pada umumnya. (**)

Penulis, guru SDN Taruna Karya 4 Cibiru Kota Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar