Minggu, 03 Mei 2009

Lagu Dewasa di Mata Anak-anak, Pikiran Rakyat, 1 Mei 2009

oleh: Ajeng Kania


Murid-murid TK/SD kini lebih hafal dengan lagu-lagu Peterpan, Ungu atau Ratu dibandingkan lagu anak-anak seusianya atau lagu wajib nasional.


Fenomena ini menuntut orang tua dan guru bersikap bijak dan selektif, karena banyak lirik lagu dewasa tidak cocok bagi anak-anak.

Sejatinya, lagu dan musik memiliki manfaat sangat besar bagi perkembangan intelegensia anak-anak. Dalam buku "Revolusi Cara Belajar II", Jeannete Vos mengatakan bahwa irama lagu dan musik dapat mengurangi stress, meredakan ketegangan, meningkatkan energi, dan memperbesar daya ingat sehingga dengan musik orang lebih cerdas. Rangsangan ritme dan alunan sebuah lagu atau musik yang memiliki keharmonian nada akan menunjang kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi (SQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).

Melalui nada dan lirik lagu seusianya, imajinasi murid-murid diajak mengeksplorasi lingkungan terdekatnya. Tema-tema seputar: peran dan jasa orang tua dan guru, keindahan alam sekitar dan keagungan Sang Pencipta bisa menjadi inspirasi buat lagu anak-anak juga mengandung nilai-nilai positif bagi pembentukan karakter anak. Begitu juga lagu wajib nasional diajarkan agar siswa memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme sehingga memiliki kebanggaan terhadap tanah airnya.

Akan tetapi, ternyata lagu-lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak kini semakin tersisih digantikan oleh lagu-lagu bertemakan kehidupan orang dewasa ditandai maraknya bermunculan vokalis berbakat dan grup band di kota-kota besar. Lagu dewasa umumnya bertemakan seputar percintaan, perselingkuhan atau drama picisan. Tak jarang terselip lirik berbau mesum dan kurang santun sehingga tidak cocok menjadi konsumsi anak-anak. Perhatikan saja, judul lagu Kekasih Gelapku (ungu), Teman Tapi Mesra, Buaya Darat (Ratu), secara frasa saja sudah merefleksikan gaya kehidupan modern tidak dibenarkan secara etika maupun agama. Bahaya lebih besar bila gaya hidup seperti itu menginspirasi kisah hidup anak-anak kelak. Lagu dewasa secara tidak disadari telah menggiring anak-anak untuk berpikir ala orang dewasa.

Mengapa anak-anak menyenangi lagu dewasa? Menurut psikologi anak dan remaja, Alva Handayani ("PR", 20/8) semua orang tidak terlepas dari meniru sebagai proses belajar. Pada anak-anak terutama usia prasekolah, meniru dan mengeksplorasi lingkungan menjadi orientasi utama proses belajarnya. Mereka cenderung meniru apa yang dilihat, diraba atau didengarnya.

Pengaruh negatif lagu dewasa pun dapat dicermati dari gerak tubuh vokalis maupun penari latar. Ada yang kalem dan tenang, ada yang berjingkrak-jingkak penuh enerjik bahkan ada dikenal dengan "goyang ngebor" atau "patah-patah". Perilaku nyleneh (tampil beda) biasanya cepat ditiru oleh masyarakat, termasuk anak-anak.

Satu lagi yang menarik dikaji adalah program pemilihan bintang cilik yang marak dilakukan stasiun televisi. Program ini amat kondusif dijadikan ruang beraktualisasi bagi para murid untuk uji mental, uji kemampuan, memupuk rasa percaya diri, menumbuhan motivasi atau paling tidak mencoba mengajak anak bersentuhan dengan publik. Namun bila tujuannya merupakan arena eksploitasi semata, sekedar mengejar rating demi kepentingan bisnis dengan mengorbankan hak anak untuk berkembang dan berprestasi, hal itu harus menjadi koreksi.

Kasus-kasus di atas, harus menjadi perhatian orang tua, guru maupun pihak yang pro perlindungan anak untuk tidak mudah mengikutsertakan anak dalam perlombaan atau audisi tanpa kriteria, peruntukan, dan manfaat jelas. (**)

Penulis,
Guru SDN Taruna Karya 4
Kec. Cibiru Kota Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar