Sabtu, 01 Mei 2010

KONTRIBUSI SISWA TERHADAP PRESTASI OLAHRAGA, Pikiran Rakyat, Kamis, 22 Februari 2007


Oleh: Ajeng Kania

Kondisi prestasi olahraga kita akhir-akhir ini menurun. Hasil Asian Games XV/Doha baru-baru ini menunjukkan, Indonesia hanya menduduki posisi ke-22 di bawah 5 negara Asia Tenggara lainnya.

Sinyal kegagalan tersebut terlihat di dua SEA Games terakhir, setelah begitu perkasa selama 20 tahun di kawasan ini melorot ke posisi tiga kemudian terperosok ke urutan lima. Masyarakat pun rindu kehadiran kembali Piala Thomas, Uber dan Sudirman ke tanah air. Dibenak kita muncul pertanyaan, kenapa dengan penduduk 220 juta jiwa, kita begitu kesulitan mencari atlet berprestasi?

Siswa-siswi di tiap jenjang sekolah, hakikatnya adalah “bahan baku” calon atlet. Dengan seleksi dan sistem pembinaan terarah, bukan tidak mustahil lahir atlet-atlet berprestasi skala nasional atau regional bahkan dunia dari lingkungan anak didik kita.

Pada prinsipnya pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak tiga orientasi, yaitu olahraga sebagai rekreasi; olahraga sebagai kesehatan; dan olahraga untuk prestasi. Sebagai rekreasi dan kesehatan, kita masih ingat semboyan di era tahun 1980-an “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” mampu menggerakan masyarakat dengan aktivitas olahraga massal, murah dan meriah seperti: lari pagi (jogging), gerak jalan atau senam pagi. Krisis moneter yang mendera bangsa kita membuat slogan tsb meredup. Kesulitan ekonomi itu memaksa masyarakat kembali berjuang sekadar bertahan hidup dan melupakan olahraga. Sementara, kondisi obyektif pendidikan olahraga di sekolah sangat bergantung pada kebijakan sekolahnya dan banyak yang menganggap mata-pelajaran olahraga tidak penting.

Pelajaran olahraga di sekolah banyak menemui hambatan, seperti sarana dan pra-sarana beru-pa peralatan dan lapangan kurang memadai; lemahnya dukungan pihak sekolah; perubahan sikap dan gaya hidup glamour siswa menjadikan pelajaran olahraga sekadar formalitas belaka. Sebagai pembelajaran kurikuler di sekolah, target pembelajaran sebatas memenuhi tuntutan kurikulum semata sehingga kurang bisa diharapkan dari sisi perolehan prestasi.

Padahal pelajaran olahraga cukup penting sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan dikaitkan dengan konsep kecerdasan yang tidak lagi menitikberatkan pada kecerdasan rasional, misalnya konsep multiple-intelegence. Dalam konsep ini dikenal adanya aspek kecerdasan kinestik berkenaan dengan aktivitas olahraga. Pemahaman teori dan dasar-dasar keolahragaan cukup relevan dalam menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani.

Untuk mencapai keunggulan dan prestasi maksimal, penggalian potensi dan minat siswa di sekolah-sekolah bisa menjadi alternatif rekrutmen atlet. Seleksi siswa bisa dilakukan lewat penjaringan ke tiap-tiap satuan pendidikan atau mengacu hasil prestasi dalam kejuaraan lokal seperti Porseni, Lomba Olahraga Tingkat SD, Pekan Olahraga Antar-Kelas, dsb.

Banyak siswa yang mempunyai potensi dan bakat luar biasa secara alamiah belum tersentuh pembinaan secara optimal. Keterbatasan akses informasi, biaya, dan perhatian sehingga potensi tersebut terkikis begitu saja oleh pertambahan usia Selama ini, siswa memanfaatkan unit ekstrakurikuler (eskul) sekolah secara terbatas tanpa tuntutan target tertentu, dan hanya sebagian kecil keluarga memprivatkan anaknya pada klub. Itu pun dari kalangan mampu secara ekonomi.

Padahal olahraga dapat memupuk sportivitas dan solidaritas dalam masyarakat. Olahraga mampu menyihir masyarakat melupakan sejenak segala pernik masalah atau konflik melanda dirinya. Olahraga dapat menyatukan dan menjadi simbol kebanggaan masyarakat. Untuk menuai prestasi olahraga tidak bisa secara instant, melainkan lewat kerja keras, disiplin, dan dukungan memadai berupa ketersediaan dana dan prasarana juga apresiasi masyarakat. Dengan pembinaan mulai level terendah, adanya persaingan dan pembinaan yang sehat, serta terciptanya iklim kondusif, kita bakal memiliki suplai atlet berprestasi secara berkesinambungan untuk mengembalikan reputasi dan martabat bangsa kita dipentas regional maupun internasional. (**)

Penulis, guru kelas dan mantan guru Penjaskes SDN Taruna Karya 4 Kec. Cibiru Kota Bandung, mantan atlet Tajimalela

Tidak ada komentar:

Posting Komentar