Senin, 30 Agustus 2010

Ramadan Spirit Membangun Generasi Qurani, Pikiran Rakyat, Sabtu, 28 Agustus 2010


Oleh: Ajeng Kania


Pada bulan Ramadan, setiap umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Salah satunya dengan membaca ayat-ayat suci Alquran karena setiap ibadahnya umat Muslim pada bulan Ramadan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.


Alquran satu-satunya bacaan di dunia yang tiap hurufnya memberikan pahala apabila dibaca. Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (H.R. Tirmidzi). Bila satu huruf dibalas dengan 10 pahala kebaikan, satu juz mendapat sekitar 105.000 pahala. Bila khatam selama bulan suci ini, kita akan mendapat 3.150.000 pahala kebaikan. Tentu saja ini balasan minimal dari Allah SWT. Dalam Alquran, disebutkan bahwa Allah SWT bakal membalas setiap amal kebaikan tanpa batas sesuai dengan kehendak-Nya.

Akan tetapi, meskipun umat Muslim di Jawa Barat mencapai 94 persen dari 41 juta populasi penduduknya, 50 persennya belum bisa membaca Alquran karena buta huruf Arab ("PR", 17/1). Yang memprihatinkan, bila buta huruf latin dialami mayoritas usia tua 50 tahun ke atas, buta huruf Alquran tersebar di semua tingkat usia, mulai usia produktif hingga lanjut usia.

Anak-anak usia sekolah dewasa ini menghadapi ujian hidup semakin berat. Fenomena globalisasi dengan perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi menyebabkan nilai-nilai akhlak tidak menjadi prioritas bagi manusia modern. Sebaliknya, sikap individualistik, pergaulan bebas, pemakaian narkotika, budaya konsumerisme, serta hedonisme merasuki berbagai lini kehidupan dan mudah diadopsi menjadi gaya hidup (life style) remaja. Pada akhirnya, menjauhkan remaja Muslim dari tata nilai yang terkandung dalam Alquran.

Padahal, Alquran dan sunah merupakan pedoman yang membuat umat Islam tidak bakal tersesat selama berpegang teguh pada keduanya. Upaya nyata membangun generasi qurani amat urgen dalam menyiapkan generasi muslim memiliki karakter dan jati diri, yakni membentuk generasi cerdas, berakhlakul karimah, teguh iman, dan membumikan Alquran serta sunah sebagai nafas dan ruh dalam berperilaku sehari-hari.


Keberhasilan membangun generasi qurani, setidaknya ditentukan oleh enam unsur. Pertama, pribadi anak sendiri. Kedua, peran orang tua menjadi kunci dalam partisipasi dan memotivasi anak. Merupakan tantangan tersendiri di mana ada kecenderungan orang tua sekarang lebih tertarik mengikutkan anaknya pada kursus-kursus, sehingga anak cukup lelah saat harus mengikuti pendalaman Alquran.


Ketiga, pihak sekolah perlu memiliki semacam kemampuan dasar minimal (KDM) pendidikan Alquran-berupa kemampuan baca tulis dan menghafal Alquran- yang mesti dicapai siswa. Keempat, peran lembaga masjid di mana siswa tinggal diharapkan sebagai ujung tombak dalam membekali pendidikan Alquran. Masjid dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan Alquran.

Kelima, Pemilihan metode tepat dan praktis sehingga pembelajar merasa mudah dan cepat menguasai bacaan Alquran secara tartil dan bertajwid. Keenam, peran pemerintah dalam membuat kebijakan seperti menerbitkan perda wajib diniah guna menjaring siswa Muslim mendapat pendidikan Alquran melalui jalur formal, informal, dan nonformal.

Berawal kebiasaan "membaca" Alquran akan memotivasi "mengetahui artinya" dan "memahaminya", serta pada gilirannya memacu spirit "mengamalkan" ayat menjadi pengamalan nyata.***

Penulis, Guru SDN Cibiru 5 Kota Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar