Sabtu, 01 Mei 2010

MENGEMBANGKAN BUDAYA RISET DI KALANGAN SISWA, Pikiran Rakyat,Rabu, 12 September 2007


oleh : Ajeng Kania

JANGAN marah dulu melihat anak suka iseng mengutak-atik atau membongkar-pasang mainannya. Dari kegemaran itu, Yusmar Purwoko (14) mampu menciptakan detektor tsunami. Berkat karyanya, ia terpilih menjadi duta Indonesia di ajang “International Exhibition for Young Inventor III” di India, awal 2007 lalu.

Pada akhir Agustus 2007 lalu, bertepatan 40 Tahun LIPI di Pusat Sains Cibinong, LIPI kembali menggelar Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna LIPI 2007. Tiga temuan siswa-siswi SMP meraih predikat juaranya. Momen ini sekaligus membukakan mata kita, betapa remaja kita memendam potensi dan bakat luar biasa turut memberikan andilnya bagi kepentingan masyarakat. Padahal, mereka berkreasi dengan barang-barang sederhana yang mudah didapat. Dengan bimbingan guru atau orang tua, daya kreatif dan imajinatif siswa mampu mengubah barang kurang memiliki nilai menjadi lebih berharga.

Azhar Wicaksana (pemenang kedua lomba tsb), siswa kelas VIII SMP 15 Yogyakarta mampu menampilkan karya “Alat Deteksi Getaran Gempa”. Ia menggunakan tiga bandul timah dengan gulungan kawat tembaga dengan ukuran kecil, sedang, dan besar. Ketika ada guncangan, bandul timah menyentuh gulungan tembaga, lalu menghubungkan arus listrik dan timbullah alarm gempa. Makin besar gempa, makin tinggi intensitas bunyi alarm. Menariknya, inspirasi itu ia dapatkan ketika seekor kucing saling berkejaran menyenggol kaleng dan menimbulkan suara.

Lain lagi dengan Rendi cs, anak MTs Negeri Subang meraih juara ketiga dengan karyanya membuat keripik dari limbah ikan etong. Mereka terinspirasi oleh fried chicken banyak dijual di tepi jalan. Kulit ikan etong yang keras dibersihkan kemudian direbus dahulu, lalu diberi bumbu dan digoreng, ternyata memiliki cita rasa renyah, dan gurih menggoda selera.

Sumber inspirasi mereka dapatkan dengan kepekaannya mencermati peristiwa sehari-hari. Dari permasalahan sederhana dalam bidang lingkungan saja, seperti sampah, limbah, sanitasi, kompos, daur ulang sampah, dsb dapat menjadi sumber inspirasi. Mengenai proses penemuan ini, Richard Suchman dalam Model Latihan Inkuiri (Inkuiri Thinking Model) menyatakan pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa pengetahuan bersifat sementara (tentative). Dengan model ini, siswa diharapkan memiliki keterampilan dalam proses ilmiah, ditandai dengan kemampuan melakukan observasi, mengorganisasikan data, menyusun hipotesa hingga membuat kesimpulan.

Bangsa Indonesia patut bersyukur, kemampuan intelektual dan prestasi akademik siswa tak kalah dibanding siswa negara maju sekali pun. Mereka mampu berbicara di pentas olimpiade sains internasional (fisika, matematika, biologi, dsb). Terbukti setiap pentas mampu membawa pulang tradisi medalinya.

Berkaitan dengan minat dan bakat mereka tak perlu diragukan. Banyak ide-ide kreatif dan inovatif siswa dengan sedikit polesan dapat tercipta karya mengagumkan. Seyogyanya potensi yang dimiliki siswa dapat dikembangkan secara optimal sehingga kelak memiliki kecakapan hidup (life skill) yang sesuai minatnya. Teori kecerdasan berganda (multiple intellegences) yang diusung Howard Gadner dalam bukunya yang terkenal Frames of Mind memungkinkan pada diri seseorang memiliki potensi kecerdasan lebih dari satu untuk dikembangkan sehingga meraih sukses.

Guru dapat menjembatani minat riset siswa dengan mengintegrasikan ke dalam wadah ekskul di sekolah seperti: kelompok ilmiah remaja. Kegiatan riset tidak terbatas pada bidang sains saja, melainkan bidang seni, budaya, bahkan olah raga sekarang sudah berbasis riset. Dari kecintaan terhadap kegiatan riset sejak dini, dapat mencetak saintis-saintis muda produktif menghasilkan teknologi terapan (tepat guna) maupun konsep-konsep keilmuan. Tentunya pemerintah, perusahaan maupun lembaga penelitian harus merespons kebutuhan mereka sehingga kreativitas tidak mandeg terhambat minimnya dukungan dan perhatian, baik segi dana maupun sarananya.

Berkat riset para ahlinya, negara AS bukan saja memiliki ketahanan pangan kuat, namun menjadi negara industri terkemuka didukung kecanggihan teknologi. Begitu pun Jepang yang miskin sumber daya alam, kehandalan risetnya menempatkannya mampu merajai pasar otomotif dunia. Kita pun berharap, melalui kegiatan riset anak bangsa Indonesia mampu menampilkan adikarya fenomenal yang mampu mengangkat martabat dan kesejahteraan rakyatnya. Semoga! (**)


Penulis, Guru SDN Taruna Karya 04
Kecamatan Cibiru Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar