Sabtu, 01 Mei 2010

LIBURAN KE MUSEUM, KENAPA TIDAK?, Pikiran Rakyat, Selasa, 3 Juli 2007

oleh : Ajeng Kania

“Mari kita ajak keluarga dan pelajar untuk mengunjungi museum. Museum tempat yang baik untuk mempelajari berbagai kearifan masa lalu, yang dapat menjadi inspirasi masa kini dan akan datang” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Demikian ajakan Presiden SBY saat meresmikan Gedung Arca di Museum Nasional, Jakarta (PR, 21/6). Ajakan itu didasari kenyataan bahwa dewasa ini, museum belum mampu menarik pengunjung terutama kalangan masyarakat luas. Sementara, pelajaran sejarah di sekolah yang erat kaitannya dengan lembaga museum juga mengalami penurunan minat.



Kondisi objektif pelajaran sejarah di sekolah banyak kendala. Menurut pakar sejarah, Prof. Dr. Hj. Ninna Lubis (PR, 20/2) selama ini, pelajaran sejarah masih terintegrasi pada mata pelajaran IPS dan PKn. Di sekolah menengah, pelajaran sejarah hanya didapat dua jam mata pelajaran seminggunya. Dalam kondisi ini, seringkali pelajaran sejarah terabaikan dan kurang mendapat perhatian siswa. Padahal, ilmu sejarah sangat baik untuk pembinaan mental dan pengetahuan tentang kehidupan berbangsa masa kini.

Di kalangan masyarakat, terdapat anggapan keliru bahwa lembaga ini khusus untuk pelajar atau kepentingan penelitian semata. Mungkin hal itulah, membuat masyarakat enggan (tidak ”percaya diri”) ketika memasuki pintu gedung museum. Pada akhirnya, museum hampir tak pernah menjadi daftar tujuan liburannya, apalagi menjadikannya suatu kebutuhan.

Sebenarnya, museum cukup terbuka untuk pengunjung, dan kini bisa dijadikan tujuan wisata alternatif keluarga sekaligus menimba pengetahuan tentang peradaban masa lampau. Museum bukan lagi sekedar ”gudang” benda-benda bersejarah yang terkesan kaku dan serius, melainkan wahana transformasi nilai-nilai warisan budaya bangsa antar generasi. Hal itu sangat penting dalam menjaga warisan budaya bangsa dari derasnya pengaruh negatif budaya asing.

Dengan adanya museum, pelajaran sejarah di sekolah tidak lagi bersifat abstrak atau fantasi belaka. Peninggalan berupa prasasti, arca, candi, kakawin, maupun benda masa lampau lainnya sebagai koleksi museum merefleksikan perjalanan sejarah peradaban umat manusia serta bukti tingginya karya dan kreasi bangsa kita yang sudah disegani sejak tempo dulu. Dari peninggalan benda-benda sejarah pula membuktikan bahwa di Nusantara ini pernah eksis kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu pusat pendidikan terkenal di Asia. Juga Majapahit seperti dikisahkan Mpu Prapanca dalam kitab ”Negarakertagama” (ditulis 1365 M) menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa halus dalam seni, sastra, juga kemajuan dalam kehidupan masyarakatnya. Tak heran, Mpu Prapanca melukiskan Majapahit sebagai kerajaan maritim sebagai pusat Mandala raksasa yang membentang dari Sumatera hingga Papua Nugini. Begitu juga kebesaran kerajaan Pajajaran di Jawa Barat yang terkenal kisah heroiknya demi menjaga martabat dan kedaulatan daerahnya.

Koleksi-koleksi zaman perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan pun terdapat di museum. Di sana dapat tergambar keberanian, kegigihan, kerelaan dan semangat pantang menyerah yang dikobarkan pejuang dapat menjadi motivasi dan daya juang bagi kita dalam mengisi kemerdekaan yang telah ditebus dengan tetesan darah dan nyawa.

Bila kita cermati, biaya kunjungan ke museum tidaklah besar, bahkan beberapa museum tidak mengenakan tiket masuk. Untuk mengisi pekan-pekan menjelang liburan akhir tahun pelajaran, guru bisa memberikan pilihan alternatif wisata museum. Atau kalau pun tidak, orang tua bisa mengajak anaknya menikmati wisata sejarah pada saat liburan nanti. Kota Bandung termasuk sangat beruntung memiliki banyak museum. Masing-masing museum tsb memiliki keunikan (khas) tersendiri. Beberapa di antaranya: Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Museum Sri Baduga, Museum Geologi, Museum Pos dan Giro, Museum KAA, dan lain-lain.

Kini museum tidak cuma memamerkan koleksi-koleksi tersimpan rapi dalam kaca. Pengelola museum cukup inovatif menyediakan sarana dan pra-sarana sehingga informasi bisa didapat secara maksimal. (**)


Guru kelas, SDN Taruna karya 04, Kecamatan Cibiru Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar